Analisis Efek Media Massa Terencana dan Tidak Terencana Dikaitkan dengan Teori Sosiologi Komunikasi

Nama                 : Siti Yuni Nur Nita Sari 

Npm                   : 23410186 

Mata Kuliah       : Sosiologi Komunikasi 05

Program Studi   : Ilmu Komunikasi 

1. Efek Media Massa Terencana dengan Studi Kasus: Waspada Demam Berdarah di Musim Hujan, Ahli Kesehatan Anjurkan 3M dan Vaksinasi untuk Hindari Demam Berdarah 


    Berita dari Kompas.com yang berjudul "Waspada Demam Berdarah di Musim Hujan, Ahli Anjurkan 3M dan Vaksinasi" membahas tentang peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia selama musim hujan dan pentingnya langkah pencegahan seperti 3M (Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat-tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk) serta vaksinasi. Berita ini dapat dianggap sebagai bentuk efek media massa terencana, yaitu upaya yang disengaja oleh institusi media untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi khalayak. Dalam kasus ini, media massa (Kompas.com) secara sengaja menyebarkan informasi penting tentang bahaya demam berdarah di musim hujan dan langkah-langkah pencegahannya.

Analisa Menggunakan Teori Sosiologi Komunikasi
1. Teori Agenda-Setting
    Teori Agenda-Setting dalam sosiologi komunikasi sangat relevan untuk menganalisis berita tentang kewaspadaan terhadap demam berdarah di musim hujan. Teori ini menjelaskan bagaimana media massa memiliki kekuatan untuk menentukan isu-isu yang dianggap penting bagi publik dengan menonjolkan topik tertentu dalam pemberitaan mereka. Dalam hal ini, berita media online Kompas.com menyoroti pentingnya pencegahan demam berdarah dengan langkah-langkah 3M dan vaksinasi, yang memberi tekanan pada masyarakat untuk fokus pada upaya pencegahan tersebut. Dengan mengangkat isu ini secara berulang-ulang dan mendalam, media dapat memengaruhi apa yang dianggap sebagai masalah utama yang harus ditangani oleh masyarakat.

2. Teori Kultivasi
    Berita ini dapat dilihat sebagai upaya media untuk mengkultivasi atau menanamkan persepsi dan keyakinan audiens. Dalam konteks berita tentang demam berdarah yang dipublikasikan oleh Kompas, teori ini dapat dihubungkan dengan cara media massa membentuk kesadaran dan sikap masyarakat terhadap masalah kesehatan seperti demam berdarah. Berita yang sering muncul mengenai pencegahan demam berdarah melalui tindakan 3M dan vaksinasi dapat membentuk pandangan audiens bahwa penyakit ini adalah ancaman nyata yang harus diwaspadai, terutama selama musim hujan. Paparan informasi yang konsisten mengenai pentingnya langkah-langkah pencegahan akan mengkondisikan masyarakat untuk menganggap demam berdarah sebagai isu yang sangat mendesak dan perlu mendapat perhatian serius. Hal ini akan mempengaruhi perilaku mereka, misalnya dengan lebih aktif melakukan tindakan pencegahan atau mengikuti program vaksinasi, yang akhirnya menciptakan pola perilaku kolektif yang lebih peduli terhadap kesehatan masyarakat.

3. Teori Komunikasi Massa dan Efek Media
    Teori komunikasi massa dan efek sosial mengkaji bagaimana media massa, dalam hal ini berita seperti yang terbit di Kompas, mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Dalam konteks berita tentang waspada demam berdarah, media massa berfungsi sebagai saluran utama untuk menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit tersebut. Pengaruh dari berita ini juga dapat dilihat melalui efek sosial yang ditimbulkan, di mana komunikasi massa seperti ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membentuk persepsi sosial tentang pentingnya langkah pencegahan. Dalam jangka panjang, informasi yang terus-menerus disampaikan melalui media massa dapat memperkuat norma sosial terkait kesehatan masyarakat dan meningkatkan partisipasi dalam upaya pencegahan penyakit, sehingga berdampak pada perubahan perilaku sosial yang lebih sehat dalam komunitas.

Kesimpulan 

Berita waspada demam berdarah di musim hujan merupakan contoh efek media massa terencana. Media berusaha untuk menetapkan agenda, mengkultivasi persepsi, dan melakukan persuasi terhadap masyarakat terkait isu penting demam berdarah. Pendekatan ini sejalan dengan teori-teori sosiologi komunikasi, seperti agenda setting, kultivasi, dan komunikasi massa dan efek sosial. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan demam berdarah yang direkomendasikan oleh para ahli. Secara keseluruhan, media massa berperan penting dalam membentuk kesadaran kolektif dan norma sosial terkait kesehatan masyarakat. 

 Sumber

https://health.kompas.com/read/24K22073000568/waspada-demam-berdarah-di-musim-hujan-ahli-anjurkan-3m-dan-vaksinasi


2. Efek Media Massa Tidak Terencana dengan Studi Kasus: Viralnya Boneka Labubu Berkat Lisa BLACKPINK


    Berita tentang viralnya boneka Labubu bukanlah hasil dari kampanye pemasaran terencana yang besar, melainkan efek dari serangkaian peristiwa dan faktor yang saling berkaitan. Berita ini merupakan contoh dari efek media massa yang tidak terencana. Pihak Pop Mart mungkin tidak memprediksi seberapa besar pengaruh unggahan Instagram story Lisa Blackpink terhadap penjualan boneka Labubu. Unggahan tersebut menjadi viral trigger, memicu liputan media selanjutnya dan membentuk opini publik yang positif terhadap boneka tersebut. Faktor-faktor lain seperti desain unik dan potensi investasi juga berkontribusi, namun semuanya diperkuat dan dipercepat oleh efek viral yang dipicu oleh Lisa Blackpink.

Analisa Menggunakan Teori Sosiologi Komunikasi

1. Teori Agenda Setting
    Teori agenda setting menjelaskan bagaimana media massa memiliki kekuatan untuk menentukan isu-isu apa yang dianggap penting oleh publik. Dalam kasus berita viralnya Labubu, media sosial yang merupakan bagian tak terpisahkan dari media massa pada masa kini telah berhasil menempatkan boneka ini sebagai topik perbincangan utama. Unggahan Lisa BLACKPINK di Instagram telah memicu gelombang pemberitaan dan diskusi diberbagai platform media sosial, sehingga secara efektif membuat boneka Labubu menjadi isu yang "harus" diketahui dan diperbincangkan oleh masyarakat. Dengan demikian, teori agenda setting membantu kita memahami bagaimana media sosial dapat membentuk persepsi publik dan menciptakan tren.

2. Teori Uses and Gratifications
    Teori uses and gratifications berfokus pada cara individu menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam konteks Labubu, banyak orang yang membeli boneka ini karena beberapa alasan, seperti:
- Kebutuhan akan identitas sosial: Memiliki boneka Labubu yang langka dan digemari banyak orang dapat memberikan perasaan diterima dan menjadi bagian dari komunitas tertentu. 
- Kebutuhan akan hiburan: Koleksi boneka dan unboxing video memberikan hiburan dan kesenangan bagi banyak orang. 
- Kebutuhan akan status: Memiliki barang yang sedang tren dan sulit didapatkan dapat meningkatkan status sosial seseorang di kalangan teman atau pengikut media sosial.

3. Teori Difusi Inovasi
    Teori difusi inovasi menjelaskan bagaimana inovasi baru menyebar dalam suatu masyarakat. Dalam kasus Labubu, boneka ini dapat dianggap sebagai inovasi baru dalam dunia mainan. Proses difusinya dipercepat oleh beberapa faktor, seperti:
- Pengaruh tokoh publik, yaitu unggahan Lisa BLACKPINK telah menjadi katalisator utama dalam penyebaran informasi tentang boneka Labubu. 
- Komunitas online penggemar boneka dan K-pop telah berperan penting dalam menyebarkan informasi dan menciptakan hype di sekitar produk ini. 
- Keterbatasan stok boneka Labubu telah meningkatkan minat dan keinginan untuk memilikinya, sehingga mempercepat proses difusi.

4. Teori Interaksi Simbolik
   Teori interaksi simbolik menekankan pentingnya simbol dalam membentuk makna dan interaksi sosial. Boneka Labubu dapat dianggap sebagai simbol status, identitas, atau bahkan bentuk ekspresi diri. Melalui kepemilikan dan penggunaan boneka ini, individu dapat membangun identitas sosial mereka dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.

Kesimpulan
Fenomena viralnya boneka Labubu merupakan salah satu contoh menarik bagaimana teori-teori sosiologi komunikasi dapat digunakan untuk menganalisis fenomena sosial. Kombinasi dari berbagai faktor, seperti pengaruh media sosial, kebutuhan psikologis individu, dan dinamika sosial, telah berkontribusi pada kesuksesan boneka Labubu dalam menarik perhatian publik.

0 Komentar